Tantrum,,siapa nih kawans yang sedang dalam masa mencari cara mengatasi tantrum anak? Membersamai tumbuh kembang anak, pasti akan melewati masa tantrum. Bismillah belajar, berefleksi dan merefresh kembali tentang tantrum. Menuliskan tentang tantrum ini merupakan tugas dari grup parenting Bu Wina Risman.
Grup parenting dengan Bu Wina ini seru sekali, karena ada tugas yang membuat kami bertumbuh. Ciri khas Bu Wina adalah suka membangun Thingking Skill.
Sebenarnya apa sih tantrum itu? wajar tidak ya anak tantrum itu? bagaimana ya cara tepat mengatasi anak tantrum? itu pertanyaan yang muncul di benak saya, saat baru mempunyai anak. Lah sekarang anak sudah 3, apa sudah bisa enjoy membersamai anak ketika tantrum? Atau saat anak tantrum malah ibunya ikut tantrum? wkwk.
Defisini Tantrum
Apakah ketika anak menangis dengan berteriak itu berarti tantrum? Yuk kita refresh kembali apa definisi tantrum itu?
Dilansir dari website yankes kemenkes RI, berikut definisi tantrum :- Tantrum adalah masalah perilaku yang umum dialami oleh anak-anak prasekolah yang mengekspresikan kemarahan mereka dengan tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak dan biasanya menahan napas.
- Tantrum adalah bersifat alamiah, terutama pada anak yang belum bisa menggunakan kata dalam mengungkapkan rasa frustrasi mereka.
- Merupakan suatu ledakan emosi kuat sekali, disertai rasa marah, serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, menghentak-hentakkan kedua kaki dan tangan ke lantai atau tanah.
- Perilaku tantrum secara umum diartikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan oleh seorang anak untuk keluar dari kondisi ketidaknyamanannya (deprivasi).
- Perilaku tantrum adalah perilaku yang normal pada anak yang berusia 15 bulan sampai 6 tahun.
Penyebab Tantrum
Penting sekali bagi kita untuk mengenali penyebab tantrum anak, supaya tepat dalam merespon kondisinya. Penyebab tantrum pada anak sangat beragam, secara umum beberapa penyebab tantrum sebagai berikut :
- Kebutuhan anak yang tidak terpenuhi, misal anak yang lapar, atau kurang tidur.
- Kemampuan komunikasi yang belum matang pada anak, belum mampu mengkomunikasikan keinginannya.
- Merasa tidak aman, misal berada di tempat baru.
- Merasa tidak nyaman
- Kesalahan pola asuh
- Kondisi khusus anak, misal ADHD, autisme, dsb.
Perilaku Tantrum
Selain mengenali penyebab tantrum anak, perlu juga mengetahui perilaku tantrum anak kita. Perilaku tantrum tidak hanya ditandai dengan menangis keras, biasanya disertai perilaku negatif lainnya, seperti :
- Memukul diri sendiri/orang lain
- Melempar barang
- Menggelepar di lantai
- Berguling - guling di lantai
- Mengancam
- Merengek
- Memaki, dsb
Tips Mencegah dan Mengatasi Tantrum
Banyak jalan menuju ke Roma, eh banyak cara mengatasi tantrum ini, insya Allah. Perlu trial and eror sampai menemukan pola yang cocok dengan anak kita. Oiya, sebelum kita bahas mengenai cara mengatasi tantrum. Kita refresh kembali tentang jenis - jenis tantrum.Jenis - Jenis Tantrum
1. Manipulative tantrum
Tantrum manipulatif biasanya akan muncul jika keinginan anak tidak terpenuhi. Tantrum jenis ini dilakukan oleh anak ketika keiginannya tidak terpenuhi. Ini tantrum yang dibuat anak supaya orang lain memenuhi keinginannya. Perilaku ini akan berhenti saat keinginannya terpenuhi.
2. Verbal frustation tantrum
Tantrum frustasi ini terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dan mengkomunikasikan keinginannya dengan baik. Tantrum jenis ini akan menghilang dengan peningkatan kemampuan komunikasi anak, apabila komunikasi anak semakin meningkat maka anak akan mampu untuk menjelaskan apa yang dialaminya.
3. Temperamental tantrum
Tantrum ini terjadi ketika tingkat frustrasi anak mencapai tahap yang sangat tinggi, anak menjadi sangat tidak terkontrol dan sangat emosional. Anak akan menjadi sangat lelah dan sangat kecewa. Pada tantrum jenis ini anak sulit untuk berkonsentrasi dan sulit mengontrol dirinya sendiri. Anak menjadi bigung dan mengalami disorientasi.Lebih sering tantrum yang mana nih kawans anaknya? Tantrum manipulatif kalau dibiarkan akan menjadi suatu pola kebiasaan atau bahkan "senjata" si anak. Kalau keinginannya tidak dipenuhi, dia akan melakukan tantrum ini.
Lanjut kita bahas tentang penanganan tantrum yuk kawans. Mencegah lebih baik sebelum mengobati, betul tidak kawans? Nah sebenarnya kalau kita sudah bisa mengenali anak dengan baik, tantrum ini ternyata bisa dicegah kawans.
Cara Mencegah Tantrum
1. Memenuhi kebutuhan anak
Siapa ini yang mudah tersulut marahnya saat lapar? Kalau saya saat ngantuk jadi cranky. Nah, anak-anak pun sama, ketika kebutuhannya tidak terpenuhi dengan baik, maka akan mudah tantrum. Kalau orang dewasa sudah bisa mengkomunikasikan kondisinya jadi ya ga tantrum kan ya? wkwk.
Maka penting sekali untuk memperhatikan kebutuhan anak ini. Misal, saat menyusun agenda liburan, pastikan kebutuhan tidur dan makannya tidak terganggu.
2. Bangun komunikasi yang baik
3. Briefing - Role Play
Atau misal saat akan berkunjung ke rumah saudara yang baru atau asing bagi anak. Briefing ini salah satu cara membantu anak untuk bisa beradaptasi. Kita ceritakan kondisi di sana seperti apa, jadi anak sudah ada bayangan. Terus apa saja yang akan kita lakukan disana, do & don't juga perlu di briefing. Untuk menghindari anak bertingkah di tempat baru. Biasanya anak bingung atau terlalu excited di tempat jadi bertingkah di luar kebiasaan.
Setelah breifing bisa ditambah role play biar anak semakin paham dan jelas.
4. Perkuat Bonding
5. Empati
6. Konsultasi ke tenaga ahli
Itu beberapa hal yang bisa diupayakan untuk mencegah tantrum. Tapiii kalau tantrum sudah terlanjur terjadi apa yang mesti dilakukan?
Cara Mengatasi Tantrum
Berikut beberapa cara yang bisa diupayakan agar bisa menemani tantrum anak dengan tepat :
1. Sabar dan tenang
Menyadari bahwa tantrum adalah hal wajar, bagian dari proses anak bertumbuh. Dan tugas orang tua adalah menemaninya bertumbuh dengan baik. Kesadaran ini semoga bisa membuat kita lebih tenang dan sabar dalam menghadapi anak tantrum.
2. Memberi ruang anak untuk menyalurkan emosi dengan aman dan nyaman.
Temani anak untuk menyalurkan emosinya. Pastikan penyaluran emosinya aman.
3T prinsip penyaluran emosi yang aman : Tidak menyakiti diri sendiri, Tidak menyakiti orang lain, dan Tidak merusak barang.
3. Validasi emosi
Kalau sedang menangis meledak, PFC (Otak bagian depan) belum bekerja dengan baik. Saran dari beberapa psikolog, validasi emosinya dengan pertanyaan singkat, yang jawabannya "iya atau tidak". Setelah PFC nya berfungsi (bisa diajak mikir) baru mulai validasi emosinya. "Adek kesal sama ibu, karena sedang main disuruh tidur?"
Memvalidasi emosi bukan berarti membenarkan apa yang sedang dirasakan/dilakukan, tetapi mengakui bahwa sedang merasakan emosi tersebut. Ini perlu latihan panjang, sebagai orang dewasa saja, saya terkadang belum bisa menyadari emosi yang dirasa.Bila emosi sudah tervalidasi, semakin mudah mencari solusi atas emosi yang dirasakan. Tawarkan bantuan pada anak, apa yang bisa membuatnya nyaman setelah validasi emosi. Apakah pelukan atau cuma butuh ditemani.
4. Konsisten menerapkan pola pengasuhan
Bagaimana penerapan penanganan tantrum yang sudah saya lakukan?
Dari menuliskan ini, jadi berefleksi kembali ini. Alhamdulillah sudah bisa menerapkan beberapa hal. Terutama tentang validasi emosi ke Adek. Alhamdulillah adek sudah bisa menamai emosi yang dirasakannya. Adek kesel sama mas, lagi main digangguin terus, dsb.
Walau belum sempurna, setidaknya saya sudah berproses untuk lebih baik bertumbuh belajar bersama anak - anak. Kalau emosi diri sendiri pas sedang tidak stabil, tantangan banget untuk bisa sabar dan tenang menghadapi anak tantrum,wkwk.
Jadi memang balik lagi ya, mendidik anak itu mendidik diri. Mau belajar validasi emosi anak, mesti melatih validasi emosi diri sendiri dulu. PR nya sekarang adalah validasi emosi ke Kakak yang menginjak remaja ini. Terkadang tetiba sangat sensitif. Bismillah berproses terus, semoga Allah bimbing dan temani kita selalu ya kawans.
Mengatasi tantrum dengan tepat bukan hal yang mudah, tapi sesuatu yang bisa diupayakan. Semangat kita..
Posting Komentar
Posting Komentar