header www.zulmiati.com

Melatih kemandirian, menajamkan intuisi ibu

Posting Komentar
Bismillah menuliskan perjalanan melatih kemandirian day 3.

Hari ketiga qadarullah mas diare dan demam, jadi saya tidak memaksa melanjutkan TT malam untuk mas.

Jadi TT malam fokus sama kakak, Alhamdulillah kakak kooperatif untuk melakukan standar malam. Abis itu saya ketiduran ngeloni adek dan kebangun karena belum ngerjain tugas bunsay😅

Alhamdulillah kakak sampai day 3 ini udah ga ngompol, qadarullah setiap malam saat saya kebangun mau ngerjain tugas bunsay, liat kaki kakak goyang-goyang, langsung saya bangunin karena pertanda kakak mau pipis😆 Alhamdulillah mau bangun dan pipis di kamar mandi. Intuisi ibu2 ya, ngerjain tugas matanya sambil bergerilya ke anak juga.

Untuk makan sendiri nya saya masih menyusun strategi lagi😐 Terutama mengatur jam makan mereka.

Saat sakit diare ini, mas azkal malah lebih sering minta  maem karena perutnya ga nyaman mungkin ya,, jadi dikira lapar. Dan alhamdulillah ga sekedar minta, tapi memang makan beneran. Setidaknya ini pertanda bahwa mas Azkal sudah bisa mengenali alarm kebutuhan tubuh yaitu makan. Ini modal awal yang bagus untuk bisa makan sendiri.

Selain jam makan, PR saya adalah menyusun menu makan mereka, dulu padahal sudah berhasil menyusun menu makan. Jadi ga seperti sekarang setiap mau makan saya harus tanya mau makan apa?

Dulu kita sudah menyusun menu seminggu, jadi setiap pagi sebelum sarapan, pertanyaannya "hari apa ini? O,,berarti maemnya ini ya.."
Namun saya kurang konsisten😐 terutama saat di rumah ada yang sakit, buyar semuaa...🙁

Saat melatih kemandirian ini saya berusaha menajamkan rasa seorang ibu :
  1. Berlatih untuk menilai apa itu "kemanjaan", manja sebagai kebutuhan emosi mereka seperti minta ditemenin saat melakukan sesuatu,  atau manja yang harus segera di luruskan, seperti makan minta disuapin.
  2. Berlatih menurunkan ego, terkadang empati saya tipis ketika nalar hanya liat secara fisik bahwa mereka seharusnya sudah harus bisa, padahal ikhtiar saya untuk mengajarinya sudah sampai mana? Bagaiamana mereka bisa mandiri kalo tidak dilatih dan dibiasakan secara konsisten bukan instan. Maka mesti stok sabaaar yang banyak😅😆
  3. Menajamkan rasa, saat melatih kemandirian, saya belajar menajamkan rasa sebagai seorang ibu, tidak saklek harus. Tapi melihat kondisi fisik dan psikis anak juga. Seperti saat mas sakit, maka saya pending TT malamnya.
 PR saya agar bisa membuat berlatih kemandirian ini sebagai kebutuhan mereka dan dalam menjalankannya seolah inisiasi dari mereka, bukan paksaan dan keharusan dari ortu. Kepuasan internal diri itu yang terpenting, melakukan sesuatu bukan karena ornag atau hal lain.

Semoga selalu dibimbing Allah untuk memyelesaikan PR melatih kemandirian ini..


Related Posts

Posting Komentar